Sunday, December 30, 2012

IKM #1 -threshold


IKM#1 threshold
Ceritanya kemaren saya berada di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Di stase ini kita memposisikan diri sebagai bagian dari komunitas (harusnya dalam keseharian memang seperti ini) terutama lingkungan ditempat Puskesmas kita berada. para koas  mencari data mengenai masalah yang ada di komunitas tersebut lewat data yang berhasil dikumpulkan di Puskesmas, lalu mencari penyebab masalahnya dan setelah ditemukan maka kita mulai memikirkan mengenai identifikasi masalah. Kerjaan keseharian, selain membantu pelayanan di Puskesmas, hal utama yang dilakukan adalah berburu data. Meminta laporan bulanan kepada bapak dan ibu pemegang program di Puskesmas lalu menilai apakah terdapat masalah. 
Oh ya, di stase ini setiap istilah pasti ada maksud tertentu dan kita harus tau definisinya. Misalnya masalah. Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Gimana, mulai tertarik dengan per-IKM-an? Hahaha… saya sendiri suka kegiatan sehari-harinya dan merasa tertarik dengan aktivitas keseharian kepala Puskesmas. Senang rasanya bisa diskusi (gak suka istiral rapat) menyangkut hal yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Sekali bertindak, Insya Allah manfaatnya bisa dirasakan orang banyak ^^.
Hal yang cukup tidak mengenakan (dan dirasakan beban sama koas-koas) adalah bikin laporannya. Brasa balik lagi ke jaman skripsi heu.. butuh strategi untuk pembagian tugas dan kerjasama kelompok yang baik. Dikelompok saya ketuanya oke banget. Namanya Umam. Umam dan kami memang sama-sama gak tau mengenai hal yang harus dilakukan di IKM,  namun bedanya, Umam selalu mencari tau. Keingintahuannya tinggi. Pengetahuan berdasarkan pengalaman teman-teman sebelumnya itu sangat membantu dia dalam mengatur kita-kita yang sangat mengandalkan umam ini hehe. Sehingga kelompok cukup ter-organize dengan baik. Satu atau beberapa kesalahan itu gak masalah, itu pembelajaran yang kami dapat. Setiap kali ada kesalahan kami selalu berusaha memperbaiki. Benar-benar learning by doing.
Ketika penyuluhan selesai diadakan maka kami harus mulai melengkapi semua hal mengenai laporan akhir. Laporan itu akan menjadi bahan untuk materi ujian. Beberapa Bab sebelumnya yang bisa diselesaikan tanpa harus menunggu penyuluhan selesai sudah mulai dikerjakan dari awal. Kelompok saya sendiri merupakan kelompok 2 yang baru mengadakan penyuluhan di hari Selasa (ujiannya hari kamis), punya waktu lebih sedikit 1 hari untuk menuntaskan laporan akhir dibandingkan kelompok 1. Dan ternyata ada beberapa poin (yang harus benar-benar dianalisis) di bab 1 yang lupa dibagi untuk dikerjakan. Hingga di h-1 itu kami juga harus benar2 mengerjakan secara mentah data itu.
Kumpul untuk mengerjakan laporan dan belajar bersama diagendakan di hari Rabu, H-1 ujian. Jam 8 beberapa orang sudah datang ke rumah priya. Sesampainya disana semuanya sedang mengerjakan tugasnya masing-masing meski ada juga yang belum datang. Di awal itu kami merencanakan akan mulai belajar jam 1, setelah laporan akhir selesai dikerjakan. Mulailah mengerjakan tugas masing2. Saya sendiri waktu itu diminta untuk mengedit materi penyuluhan yang sudah dibuat dalam bentuk presentasi powerpoint menjadi kalimat yang bagus untuk laporan akhir. Dengan materi yang begitu banyak, ternyata butuh waktu 2,5 jam untuk menuntaskan materi itu. Cukup lama ya ternyata…singkat cerita, jam sudah menunjukkan pukul 1, beberapa orang asih diluar karena makan, umam masih mengerjakan laporan dan yang lain juga melakukan aktivitas masing-masing. Ternyata belum bisa memulai belajar (bahannya sudah dibagikan sebelumnya) di jam 1 itu. Lalu semuanya tenggelam dalam aktivitas masing-masing. Lalu tanpa terasa sudah ashar. Saya saat itu membantu umam dalam meng-edit laporan teman tentang point yang tertinggal tersebut. ternyata itu gak Cuma sekedar editing tapi ada point yang hars dikerjakan dari awal dan harus dianalisis. Sekali lagi, harus dianalisis. Jadi hal itu gak bisa di copy-paste saja dari presentasi kami sebelumnya. Sempat kesal juga sama teman yang diminta mengerjakan point tersebut karena sama sekali mengosongkan point analisis itu, bahkan template-nya pun gak ada. Itu sebenarnya bukan hal yang sulit untuk dianalisis karena sudah pernah didiskusikan di kelompok, tapi menjadi sulit karena harus dimulai dari awal diwaktu yang sudah mepet. Sudah ashar dan kita belum belajar. Dan ternyata hampir memasuki magrib laporan kelompok kamipun belum selesai.
Teman-teman mulai mengeluarkan reaksinya masing-masing. Ada yang mulai belajar karena memang diminta untk nyari bahan lalu nanti akan diminta untuk menjelaskan. Ada juga yang masih mengerjakan laporan. Ada yang bikin slide untuk presentasi besok. Ada yang pergi untuk scan surat izin yang harus dilampirkan dan berbagai hal lainnya. Lalu, hey ada yang mulai nangis. Teman saya itu (sebut saja si-A) mulai nangis. Saya bingung, umam bingung, dan yang lain juga bingung. Saya sendiri bukan orang yang bisa menenangkan orang yang nangis (karena saya sendiri kalau nangis malah gak pengen ditanya dan diperhatikan orang lain jadi saya cukup kagok juga menghadapi orang yang nangis). Saya diem aja. Akhirnya teman saya ini bilang dia pengen pulang dulu, mau mandi. Setelah dia pergi, kami mulailah bertanya-tanya satu sama lainnya. Ada teman yang bilang kalau si A itu sudah bosan berada diruangan itu dari pagi dan pengen memulai belajar. Ya, saya rasa semua teman-teman disana pengen memulai belajar. Tapi apa daya laporan akhir itu belum juga tuntas diikerjakan.
umam kemudian nyeletuk “gue boleh nangis juga gak?”
Saya jawab :  “jangan. Mending kerja”
Hingga selesai isya teman saya itu balik dan laporan belum juga selesai. Jam berputar kembali. Jam 8. Jam 9. Jam 10.. teman saya yang tadi nangis lagi. Baru disana dia mulai berbicara “kok lambat banget ngerjain laporannya? Kita kan udah dari pagi, kok belum selesai juga?”
Oh, saya rasa saya mulai mengerti masalahnya.
Dan rasanya waktu bergulir begitu cepat, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Saya sendiri belum ngantuk tapi merasa capek banget. Saat itu saya juga belum bisa melakukan sesuatu lagi bahan mentah laporan sudah selesai dan disatukan, jadi sekarang diedit oleh satu orang saja untuk menentukan nomor table, grafik dan hal-hal terkait penulisan lainnya.
Beberapa orang teman karna sudah gak ada kerjaan juga mulai diskusi bareng. Belajar. Semangat sekali teman-teman saya itu ^^. Saya sendiri, kalau dihitung, GCS masih 10 tapi rasanya kesadaran jiwa saya udah berkurang melebihi setengahnya. Bukan masalah begadangnya, tapi karena besok ujian. Kalau besok gak ujian saya bisa begadang, tapi gak kalau besok ujian.  Rasanya saya gak mungkin bisa presentasi-apalagi menjawab pertanyaan- dengan kondisi separuh jiwa. "Teman-teman, saya prefer tidur daripada diskusi". Begitulah kira-kira jeritan hati saya disaat itu. Sehingga ditengah2 diskusi itu saya mencoba curi-curi tidur. Faktor kurang tidur sebelum penyuluhan 2 malam sebelumnya mungkin cukup berpengaruh juga buat saya.
Hingga akhirnya disaat citation (daftar pustaka) mau dibikin, saya menawarkan diri untuk membantu yang ngedit laporan akhir. Waktu itu saya dan puva diminta untuk ngerjain bareng. Membuat citation dan membuat daftar pustaka dengan bantuan program end note. Mulailah kami memasukkan data data ke end note tersebut. ditengah kerjaan yang sakral itu, karena sangat dinanti2 selesainya karena malam itu juga kami harus nge-print laporan utk dikumpulkan besok paginya, eh tiba-tiba ada teman (sebut saja si C) yang bilang ke saya. “cyntia, kamu gak usah ngerjain dulu deh bikin daftar pustaka itu. Itu si B masih ngedit ngedit.. dan gue liat banyak yang dia ubah. Ntar kerjaan lo sia-sia lagi”. Pas teman saya ini ngomong, saya melihat jam. Apa, udah jam 1 pagi ajaaa? --.--. “hah? Mau nunggu dia ngedit samapai kapan? Ini udah jam 1”. Teman saya ini mulai menjawab lagi “ya, tapi lo sia-sia aja ngerjain itu sekarang kalau nanti akhirnya gak kepake”.
Huff, akhirnya teman itu saya diemin aja dan saya mulai melanjutkan lagi kerjaan saya dengan puva. Waktu itu agak kesal juga sama si B karena dia yang minta kita bikin daftar pustaka, eh dia malah ngedit lagi laporannya. Pastinya itu bisa berpengaruh ke letak citation juga dan bakalan harus ngedit daftar pustaka lagi dan itu udah jam 1-an. Ah, malam yang cukup berat. Eh kok ada yang bisik-bisik nyebut nama saya yaa? Ternyata si C mulai bisik-bisik ke puva dan bilang kalau kerjaan saya itu sia-sia. Salah banget dia, jangan pernah ganggu orang yang sangat kelaparan atau ngantuk kayak gitu, apalagi kalau dia sedang bekerja dan kamu malah gak lagi ngapa-ngapain. Akhirnya saya ngamuk-ngamuk sama tu orang. Ini ada hubungan juga sama beberapa point analisis tadi yang harus benar-benar dibikin ulang dan sangat menghabiskan banyaaak waktu kami.Ya, dia orang yang ngerjain point-point tadi.
Akhirnya saya pindahlah ke ruang tengah kosannya priya. Disana saya mulai bersemedi melanjutkan kerjaan. Bikin sitasi dan daftar pustakanya. Bab 1-3 sudah selesai di sitasi dan ternyata ada bahan materi yang belum di bikin sitasinya karena referensinya ada diteman saya. Akhirnya saya panggillah teman saya itu keruang tengah, lalu saya nanya referensi dan dia nyebutin. Pas saya bikin sitasi teman saya itu nemuin bahwa saya gak ngerjain pakai end note Karena gak ada end note di laptop saya. Tapi yang bab 1 sudah di-sitasi pakai end note semua. Tinggal bab sisa yang sebenarnya gak banyak yang harus di sitasi karena banyaknya hasil pengamatan atau hasil laporan gitu. Teman saya itu gak mau manual. Karena katanya itu akan mengubah susunan daftar pustakanya. Saya sendiri yang kesadarannya sudah sangat berkurang itu gak bisa mencerna apa yang dia katakan. Gambaran diotak saya waktu itu adalah keyakinan bahwa dibikin manualpun gak masalah untuk sisa referensi yang lain, kan tinggal ngurutin aja per-paragraf aja. Tapi teman saya itu keukeuh harus pake end note sedangkan laptop yang ada end note nya Cuma satu dan lagi dipakai kelompok yang lain. Saya bingung. Akhirnya nyerah juga, nyerahin kerjaan daftar pustaka itu ke teman saya itu.
Oh ya, sebelumnya saya sempat nanya ke teman saya itu apakah dia benar-benar ngubah susunan kalimat yang dilaporan, padahal kan saya udah bikin sitasi-nya, eh ternyata katanya dia hanya meng-edit hurufnya aja. Jadi gak terlalu masalah. Memang nantinya akan perlu dipindahin tapi kerjaan saya gak sia sia karna saya kalau dari awal sudah saya kasih sitasi, teman saya tinggal memindahkan aja ke laporan yang dieditnya, gak harus liat perkalimat lagi referensinya apa aja. SEE, gak ada hal yang sia-sia disini!
Akhirnya jam menunjukkan pukul 3. Laporan kami masih belum selesai. Tapi kami dipulangkan oleh teman saya yang bikin laporan itu (si B), dan dia yang akan menuntaskan daftar pustaka dan ngeprint makalahnya. Saya fikirnya daftar pustakanya gak harus dibikin ulang lagi. Ya begitulah banyak hal terjadi malam itu. Semuanya sudah berusaha melakukan yang terbaik sesuai standar masing-masing.
Jam 3 lewat saya sampai dikosan, dianter umam. Love umam banget!
Lalu besoknya ujian. Selesai ujian semua orang sudah bisa berfikir cukup jernih. Masih deg-degan karena belum judicium.
Ternyata ada banyak pelajaran yang bisa dipetik setelah kita mulai berfikir secara jernih, hehe..
Pertama teman saya yang nangis tadi.
Ada dua hal yang terjadi disini. Pertama, dari sisi kelompok. Ada sedikit kesalahan menurut saya ketika menyatukan 2 kelompok itu untuk bareng-bareng memulai bikin laporan di H-1 itu dengan tujuan mau belajar bareng. Karena mulai melakukan finishing laporan akhirnya beda. Kelompok 1 itu penyuluhan hari Senin, lalu mereka sudah mulai ngedit laporan akhir di hari selasa. Sedangkan kelompok 2 itu mulai penyuluhan hari selasa dan baru memulai ngedit laporan akhir ya di hari Rabu itu.karena selasa malam semuanta tepar karena kurang tidur waktu menyiapkan penyuluhan. Belum lagi tadi ada data yang ternyata benar-benar belum dikerjakan jadi dimulai dari awal, sehingga kelompok 2 kerjanya akan terlihat lebih terlambat dibandingkan kelompok 1. Mungkin ini yang memicu teman saya itu bilang “kok lama banget ngerjainnya? Kan kita udah dari pagi?” ya, teman saya ini dari kelompok 1 jadi wajar dia bilang seperti itu.
Kedua, masih disisi kelompok, karena bab 1 itu untuk dua kelompok (bab 1 nya sama) dan dikerjakan oleh kelompok 2 sehingga cukup menyita waktu juga.
Ketiga. Sempat ada kekacauan karena data yang tidak sesuai. Jadi data yang dilaporan akhir yang sudah dianggap benar itu tidak sesuai dengan data yang dipresentasikan. Mulai paniklah kita. Saya akhirnya ngedit data itu sambil disesuaikan dengan yang dipresentasikan. Pas lagi ngedit itu, udah cukup lama, ada hal yang harus ditanyakan ke teman saya yang mengedit laporan secara keseluruhan. Eh, lalu dia bilang kalau data yang dilaporan akhir itulah yang benar. Udah dia edit. Bayangkan, ternyata kerjaan tadi sia-sia. Heu. Ngabisin waktu lagi. Ternyata teman saya yang bertanggung jawab dalam mengolah data itu, si C tadi, melengkapi datanya setelah kita selesai presentasi ke dokter. Sehingga data yang dipresentasikan itu udah gak aktual lagi. Teman saya yang bikin laporan itu juga bingung kenapa data yang diberikan si C ini ganti-ganti gitu
Pelajaran : kalau menemukan data yang beda, langsung nanya ke yang mengolah data tersebut. jangan dulu di edit, karena bisa jadi memang datanya sudah diganti.
Ketiga. Threshold.
Yang bikin teman saya itu nangis salah satunya adalah thresholdnya sendiri. Ambang batas yang dimilikinya dalam menghadapi masalah. Saya tau teman-teman yang lain pasti juga merasa capek. Saya sendiri juga. Mungkin umam juga merasakan hal yang sama. Bahkan dia menanyakan apakah dia juga boleh nangis atau gak. Ah, umam sudah kerja terlalu banyak. Pengalaman yang dialami seseorang pasti berpengaruh terhadap thresholdnya sendiri. Semakin banyak dia menghadapi masalah dan berusaha mencari penyelesaiannya, saya fikir orang itu akan memiliki threshold yang lebih tinggi lagi.
Mengenai tangis, saya kan sempat menjawab pertanyaan umam, bahwa mending dia ngerjain tugasnya saja. Setiap kali ada masalah dan butuh segera diselesaikan, saya selalu menekankan ke diri saya sendiri, jangan nangis, atau tahan dulu tangismu. Nangis kalau udah selesai kerja saja. Sekarang saya udah cukup bisa manage waktu tangis saya hahahaa. Saya sadar kalau saya nangis pasti susah berhenti dan kerjaannya ujung-ujungnya gak akan beres. Semakin saya menangis akan membuat saya semakin lemah. Kalau udah di titik lemah, biasanya toleransi terhadap diri sendiri akan besar jadi hal yang harus dilakukan gak akan selesai dikerjakan. Hal ini juga yang bikin saya jadi jarang nangis karena biasanya kalau kerjaan udah beres maka gak ada lagi hal yang perlu ditangisi haha. Kalau butuh penyaluran emosi maka bisa melakukan aktivitas lainnya.
Saya pernah harus remed dan itu gak enak banget. Harusnya hari itu udah plong, eh malah tetap harus mengulang belajar semua hal dalam satu malam. Secara mental, saya jatuh banget waktu itu. Pengen banget nangis dan cerita ke seseorang. Tapi saya ingat rule mengenai tangis tadi. Akhirnya yang pertama saya lakukan adalah hindari dulu orang2. Reaksi mereka bisa apa saja dan itu bisa memicu kesedihan. Kedua, saya butuh penyaluran emosi. Hari itu saya memutuskan untuk pindah kamar lagi kelantai bawah dan memindahkan smeua barang saya sendiri, termasuk lemari buku. Cukup menguras tenaga. Ketiga, tentu saja makan hohoho. Keempat, mulai belajar lagi. Benar-benar berusaha bikin otak relaks dengan menanamkan keyakinan bahwa ini untuk menjadi seorang dokter. Banyak hal yang ditakutkan yang muncul di otak saya malam itu. Cukup bikin lelah. Lagi-lagi saya bilang ke diri saya, ini untuk jadi dokter. Saya harus bisa periksa pasien, jangan takut periksa pasien. Kalau besok gagal karena takut, mau jadi dokter yang gimana? Ya itulah…
Tapi kalau gak ada hal yang harus diselesaikan saat itu, pasti saya menuntaskan tangisan saat itu juga lalu move on ^^.
Panjang juga pelajaran pertama ya.
Lalu pelajaran kedua, pastikan bahwa semua data mentah dan point di laporan akhir sudah dibagi kesemua teman untuk dikerjakan. Jadi waktu mau menyelesaikan laporan akhir tinggal di edit saja.
Ketiga. Jangan hanya mengandalkan satu orang. Agak susah juga nih intervensinya. Tapi ini juga terjadi di kelompok saya. Kayak si C tadi, kayaknya dia mengandalkan banget si B sehingga dia mengerjakan tugasnya gak terlalu maksimal bahkan ada yang belum dikerjain. Dalam waktu yang gak mepet ujian maka si B (yang memang bisa diandalkan) pasti bisa mengerjakannya. Tapi kalau udah mepet ujian dan ternyata banyak hal yang harus diedit, itu cukup menyita banyak waktu juga. Untuk point ini saya suka sama kelompok 1. Mereka benar-benar percaya diri dan percaya teman. Satu orang mengerjakan tugasnya sebaiki-baiknya dan yang lain percaya akan kerjaan temannya. Akibatnya, kerjaan itu gak harus diedit banyak karena sudah dikerjakan maksimal dan orang yang mengedit laporan gak harus merasa punya beban yang banyak karena percaya temannya mengerjakan tugas secara maksimal. Mereka keren banget. ^^
Ada banyak hal lain yang bisa dijadikan pelajaran di IKM. Dokter juga selalu menekankan untuk bekerja sama, bukan sama-sama bekerja. bekerja sama artinya semuanya punya tujuan yang sama dan kita mewujudkan itu bareng-bareng.
IKM udah berakhir tetapi kenangannya sangat melekat ^^ (tapi tentunya tidak untuk diulang, hihihi).

*Bandung, 12-21-2012

0 comments:

Post a Comment