IKM#1 threshold
Ceritanya kemaren saya berada di
stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Di stase ini kita memposisikan diri
sebagai bagian dari komunitas (harusnya dalam keseharian memang seperti ini)
terutama lingkungan ditempat Puskesmas kita berada. para koas mencari data mengenai
masalah yang ada di komunitas tersebut lewat data yang berhasil dikumpulkan di
Puskesmas, lalu mencari penyebab masalahnya dan setelah ditemukan maka kita
mulai memikirkan mengenai identifikasi masalah. Kerjaan keseharian, selain
membantu pelayanan di Puskesmas, hal utama yang dilakukan adalah berburu data.
Meminta laporan bulanan kepada bapak dan ibu pemegang program di Puskesmas lalu
menilai apakah terdapat masalah.
Oh ya, di stase ini setiap istilah pasti ada
maksud tertentu dan kita harus tau definisinya. Misalnya masalah. Masalah
didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Gimana, mulai
tertarik dengan per-IKM-an? Hahaha… saya sendiri suka kegiatan sehari-harinya
dan merasa tertarik dengan aktivitas keseharian kepala Puskesmas. Senang
rasanya bisa diskusi (gak suka istiral rapat) menyangkut hal yang berkaitan
dengan kepentingan orang banyak. Sekali bertindak, Insya Allah manfaatnya bisa
dirasakan orang banyak ^^.
Hal yang cukup tidak mengenakan
(dan dirasakan beban sama koas-koas) adalah bikin laporannya. Brasa balik lagi
ke jaman skripsi heu.. butuh strategi untuk pembagian tugas dan kerjasama
kelompok yang baik. Dikelompok saya ketuanya oke banget. Namanya Umam. Umam dan
kami memang sama-sama gak tau mengenai hal yang harus dilakukan di IKM, namun bedanya, Umam selalu mencari tau.
Keingintahuannya tinggi. Pengetahuan berdasarkan pengalaman teman-teman
sebelumnya itu sangat membantu dia dalam mengatur kita-kita yang sangat
mengandalkan umam ini hehe. Sehingga kelompok cukup ter-organize dengan baik.
Satu atau beberapa kesalahan itu gak masalah, itu pembelajaran yang kami dapat.
Setiap kali ada kesalahan kami selalu berusaha memperbaiki. Benar-benar learning by doing.
Ketika penyuluhan selesai
diadakan maka kami harus mulai melengkapi semua hal mengenai laporan akhir.
Laporan itu akan menjadi bahan untuk materi ujian. Beberapa Bab sebelumnya yang
bisa diselesaikan tanpa harus menunggu penyuluhan selesai sudah mulai
dikerjakan dari awal. Kelompok saya sendiri merupakan kelompok 2 yang baru
mengadakan penyuluhan di hari Selasa (ujiannya hari kamis), punya waktu lebih
sedikit 1 hari untuk menuntaskan laporan akhir dibandingkan kelompok 1. Dan
ternyata ada beberapa poin (yang harus benar-benar dianalisis) di bab 1 yang
lupa dibagi untuk dikerjakan. Hingga di h-1 itu kami juga harus benar2
mengerjakan secara mentah data itu.
Kumpul untuk mengerjakan laporan
dan belajar bersama diagendakan di hari Rabu, H-1 ujian. Jam 8 beberapa orang
sudah datang ke rumah priya. Sesampainya disana semuanya sedang mengerjakan
tugasnya masing-masing meski ada juga yang belum datang. Di awal itu kami
merencanakan akan mulai belajar jam 1, setelah laporan akhir selesai
dikerjakan. Mulailah mengerjakan tugas masing2. Saya sendiri waktu itu diminta
untuk mengedit materi penyuluhan yang sudah dibuat dalam bentuk presentasi
powerpoint menjadi kalimat yang bagus untuk laporan akhir. Dengan materi yang
begitu banyak, ternyata butuh waktu 2,5 jam untuk menuntaskan materi itu. Cukup
lama ya ternyata…singkat cerita, jam sudah menunjukkan pukul 1, beberapa orang
asih diluar karena makan, umam masih mengerjakan laporan dan yang lain juga
melakukan aktivitas masing-masing. Ternyata belum bisa memulai belajar
(bahannya sudah dibagikan sebelumnya) di jam 1 itu. Lalu semuanya tenggelam
dalam aktivitas masing-masing. Lalu tanpa terasa sudah ashar. Saya saat itu
membantu umam dalam meng-edit laporan teman tentang point yang tertinggal
tersebut. ternyata itu gak Cuma sekedar editing tapi ada point yang hars dikerjakan
dari awal dan harus dianalisis. Sekali lagi, harus dianalisis. Jadi hal itu gak
bisa di copy-paste saja dari presentasi kami sebelumnya. Sempat kesal juga sama
teman yang diminta mengerjakan point tersebut karena sama sekali mengosongkan
point analisis itu, bahkan template-nya pun gak ada. Itu sebenarnya bukan hal
yang sulit untuk dianalisis karena sudah pernah didiskusikan di kelompok, tapi
menjadi sulit karena harus dimulai dari awal diwaktu yang sudah mepet. Sudah
ashar dan kita belum belajar. Dan ternyata hampir memasuki magrib laporan
kelompok kamipun belum selesai.
Teman-teman mulai mengeluarkan
reaksinya masing-masing. Ada yang mulai belajar karena memang diminta untk
nyari bahan lalu nanti akan diminta untuk menjelaskan. Ada juga yang masih
mengerjakan laporan. Ada yang bikin slide untuk presentasi besok. Ada yang
pergi untuk scan surat izin yang
harus dilampirkan dan berbagai hal lainnya. Lalu, hey ada yang mulai nangis. Teman
saya itu (sebut saja si-A) mulai nangis. Saya bingung, umam bingung, dan yang
lain juga bingung. Saya sendiri bukan orang yang bisa menenangkan orang yang
nangis (karena saya sendiri kalau nangis malah gak pengen ditanya dan
diperhatikan orang lain jadi saya cukup kagok juga menghadapi orang yang
nangis). Saya diem aja. Akhirnya teman saya ini bilang dia pengen pulang dulu,
mau mandi. Setelah dia pergi, kami mulailah bertanya-tanya satu sama lainnya.
Ada teman yang bilang kalau si A itu sudah bosan berada diruangan itu dari pagi
dan pengen memulai belajar. Ya, saya rasa semua teman-teman disana pengen
memulai belajar. Tapi apa daya laporan akhir itu belum juga tuntas diikerjakan.
umam kemudian nyeletuk “gue boleh
nangis juga gak?”
Saya jawab : “jangan. Mending kerja”
Hingga selesai isya teman saya
itu balik dan laporan belum juga selesai. Jam berputar kembali. Jam 8. Jam 9.
Jam 10.. teman saya yang tadi nangis lagi. Baru disana dia mulai berbicara “kok
lambat banget ngerjain laporannya? Kita kan udah dari pagi, kok belum selesai
juga?”
Oh, saya rasa saya mulai mengerti
masalahnya.
Dan rasanya waktu bergulir begitu
cepat, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Saya sendiri belum ngantuk tapi
merasa capek banget. Saat itu saya juga belum bisa melakukan sesuatu lagi bahan
mentah laporan sudah selesai dan disatukan, jadi sekarang diedit oleh satu
orang saja untuk menentukan nomor table, grafik dan hal-hal terkait penulisan
lainnya.
Beberapa orang teman karna sudah
gak ada kerjaan juga mulai diskusi bareng. Belajar. Semangat sekali teman-teman
saya itu ^^. Saya sendiri, kalau dihitung, GCS masih 10 tapi rasanya kesadaran
jiwa saya udah berkurang melebihi setengahnya. Bukan masalah begadangnya, tapi
karena besok ujian. Kalau besok gak ujian saya bisa begadang, tapi gak kalau
besok ujian. Rasanya saya gak mungkin
bisa presentasi-apalagi menjawab pertanyaan- dengan kondisi separuh jiwa.
"Teman-teman, saya prefer tidur daripada diskusi". Begitulah kira-kira jeritan
hati saya disaat itu. Sehingga ditengah2 diskusi itu saya mencoba curi-curi
tidur. Faktor kurang tidur sebelum penyuluhan 2 malam sebelumnya mungkin cukup
berpengaruh juga buat saya.
Hingga akhirnya disaat citation
(daftar pustaka) mau dibikin, saya menawarkan diri untuk membantu yang ngedit
laporan akhir. Waktu itu saya dan puva diminta untuk ngerjain bareng. Membuat citation dan membuat daftar pustaka dengan bantuan program end note. Mulailah
kami memasukkan data data ke end note tersebut. ditengah kerjaan yang sakral
itu, karena sangat dinanti2 selesainya karena malam itu juga kami harus
nge-print laporan utk dikumpulkan besok paginya, eh tiba-tiba ada teman (sebut
saja si C) yang bilang ke saya. “cyntia, kamu gak usah ngerjain dulu deh bikin
daftar pustaka itu. Itu si B masih ngedit ngedit.. dan gue liat banyak yang dia
ubah. Ntar kerjaan lo sia-sia lagi”. Pas teman saya ini ngomong, saya melihat
jam. Apa, udah jam 1 pagi ajaaa? --.--. “hah? Mau nunggu dia ngedit samapai
kapan? Ini udah jam 1”. Teman saya ini mulai menjawab lagi “ya, tapi lo sia-sia
aja ngerjain itu sekarang kalau nanti akhirnya gak kepake”.
Huff, akhirnya teman itu saya
diemin aja dan saya mulai melanjutkan lagi kerjaan saya dengan puva. Waktu itu
agak kesal juga sama si B karena dia yang minta kita bikin daftar pustaka, eh
dia malah ngedit lagi laporannya. Pastinya itu bisa berpengaruh ke letak citation juga dan
bakalan harus ngedit daftar pustaka lagi dan itu udah jam 1-an. Ah, malam yang
cukup berat. Eh kok ada yang bisik-bisik nyebut nama saya yaa? Ternyata si C
mulai bisik-bisik ke puva dan bilang kalau kerjaan saya itu sia-sia. Salah
banget dia, jangan pernah ganggu orang yang sangat kelaparan atau ngantuk kayak
gitu, apalagi kalau dia sedang bekerja dan kamu malah gak lagi ngapa-ngapain.
Akhirnya saya ngamuk-ngamuk sama tu orang. Ini ada hubungan juga sama
beberapa point analisis tadi yang harus benar-benar dibikin ulang dan sangat
menghabiskan banyaaak waktu kami.Ya, dia orang yang ngerjain
point-point tadi.
Akhirnya saya pindahlah ke ruang tengah kosannya priya.
Disana saya mulai bersemedi melanjutkan kerjaan. Bikin sitasi dan daftar
pustakanya. Bab 1-3 sudah selesai di sitasi dan ternyata ada bahan materi yang
belum di bikin sitasinya karena referensinya ada diteman saya. Akhirnya saya
panggillah teman saya itu keruang tengah, lalu saya nanya referensi dan dia
nyebutin. Pas saya bikin sitasi teman saya itu nemuin bahwa saya gak ngerjain
pakai end note Karena gak ada end note di laptop saya. Tapi yang bab 1 sudah
di-sitasi pakai end note semua. Tinggal bab sisa yang sebenarnya gak banyak
yang harus di sitasi karena banyaknya hasil pengamatan atau hasil laporan gitu.
Teman saya itu gak mau manual. Karena katanya itu akan mengubah susunan daftar
pustakanya. Saya sendiri yang kesadarannya sudah sangat berkurang itu gak bisa
mencerna apa yang dia katakan. Gambaran diotak saya waktu itu adalah keyakinan
bahwa dibikin manualpun gak masalah untuk sisa referensi yang lain, kan tinggal
ngurutin aja per-paragraf aja. Tapi teman saya itu keukeuh harus pake end note
sedangkan laptop yang ada end note nya Cuma satu dan lagi dipakai kelompok yang
lain. Saya bingung. Akhirnya nyerah juga, nyerahin kerjaan daftar pustaka itu
ke teman saya itu.
Oh ya, sebelumnya saya sempat
nanya ke teman saya itu apakah dia benar-benar ngubah susunan kalimat yang
dilaporan, padahal kan saya udah bikin sitasi-nya, eh ternyata katanya dia
hanya meng-edit hurufnya aja. Jadi gak terlalu masalah. Memang nantinya akan
perlu dipindahin tapi kerjaan saya gak sia sia karna saya kalau dari awal sudah
saya kasih sitasi, teman saya tinggal memindahkan aja ke laporan yang
dieditnya, gak harus liat perkalimat lagi referensinya apa aja. SEE, gak ada
hal yang sia-sia disini!
Akhirnya jam menunjukkan pukul 3.
Laporan kami masih belum selesai. Tapi kami dipulangkan oleh teman saya yang
bikin laporan itu (si B), dan dia yang akan menuntaskan daftar pustaka dan
ngeprint makalahnya. Saya fikirnya daftar pustakanya gak harus dibikin ulang
lagi. Ya begitulah banyak hal terjadi malam itu. Semuanya sudah berusaha
melakukan yang terbaik sesuai standar masing-masing.
Jam 3 lewat saya sampai dikosan,
dianter umam. Love umam banget!
Lalu besoknya ujian. Selesai
ujian semua orang sudah bisa berfikir cukup jernih. Masih deg-degan karena
belum judicium.
Ternyata ada banyak pelajaran
yang bisa dipetik setelah kita mulai berfikir secara jernih, hehe..
Pertama teman saya yang nangis tadi.
Ada dua hal yang terjadi disini.
Pertama, dari sisi kelompok. Ada sedikit kesalahan menurut saya ketika
menyatukan 2 kelompok itu untuk bareng-bareng memulai bikin laporan di H-1 itu
dengan tujuan mau belajar bareng. Karena mulai melakukan finishing laporan
akhirnya beda. Kelompok 1 itu penyuluhan hari Senin, lalu mereka sudah mulai ngedit
laporan akhir di hari selasa. Sedangkan kelompok 2 itu mulai penyuluhan hari
selasa dan baru memulai ngedit laporan akhir ya di hari Rabu itu.karena selasa
malam semuanta tepar karena kurang tidur waktu menyiapkan penyuluhan. Belum
lagi tadi ada data yang ternyata benar-benar belum dikerjakan jadi dimulai dari
awal, sehingga kelompok 2 kerjanya akan terlihat lebih terlambat dibandingkan
kelompok 1. Mungkin ini yang memicu teman saya itu bilang “kok lama banget
ngerjainnya? Kan kita udah dari pagi?” ya, teman saya ini dari kelompok 1 jadi
wajar dia bilang seperti itu.
Kedua, masih disisi kelompok,
karena bab 1 itu untuk dua kelompok (bab 1 nya sama) dan dikerjakan oleh
kelompok 2 sehingga cukup menyita waktu juga.
Ketiga. Sempat ada kekacauan
karena data yang tidak sesuai. Jadi data yang dilaporan akhir yang sudah
dianggap benar itu tidak sesuai dengan data yang dipresentasikan. Mulai
paniklah kita. Saya akhirnya ngedit data itu sambil disesuaikan dengan yang
dipresentasikan. Pas lagi ngedit itu, udah cukup lama, ada hal yang harus
ditanyakan ke teman saya yang mengedit laporan secara keseluruhan. Eh, lalu dia
bilang kalau data yang dilaporan akhir itulah yang benar. Udah dia edit.
Bayangkan, ternyata kerjaan tadi sia-sia. Heu. Ngabisin waktu lagi. Ternyata
teman saya yang bertanggung jawab dalam mengolah data itu, si C tadi,
melengkapi datanya setelah kita selesai presentasi ke dokter. Sehingga data
yang dipresentasikan itu udah gak aktual lagi. Teman saya yang bikin laporan
itu juga bingung kenapa data yang diberikan si C ini ganti-ganti gitu
Pelajaran : kalau menemukan data
yang beda, langsung nanya ke yang mengolah data tersebut. jangan dulu di edit,
karena bisa jadi memang datanya sudah diganti.
Ketiga. Threshold.
Yang bikin teman saya itu nangis
salah satunya adalah thresholdnya sendiri. Ambang batas yang dimilikinya dalam
menghadapi masalah. Saya tau teman-teman yang lain pasti juga merasa capek.
Saya sendiri juga. Mungkin umam juga merasakan hal yang sama. Bahkan dia
menanyakan apakah dia juga boleh nangis atau gak. Ah, umam sudah kerja terlalu
banyak. Pengalaman yang dialami seseorang pasti berpengaruh terhadap
thresholdnya sendiri. Semakin banyak dia menghadapi masalah dan berusaha
mencari penyelesaiannya, saya fikir orang itu akan memiliki threshold yang
lebih tinggi lagi.
Mengenai tangis, saya kan sempat
menjawab pertanyaan umam, bahwa mending dia ngerjain tugasnya saja. Setiap kali
ada masalah dan butuh segera diselesaikan, saya selalu menekankan ke diri saya
sendiri, jangan nangis, atau tahan dulu tangismu. Nangis kalau udah selesai
kerja saja. Sekarang saya udah cukup bisa manage waktu tangis saya hahahaa.
Saya sadar kalau saya nangis pasti susah berhenti dan kerjaannya ujung-ujungnya
gak akan beres. Semakin saya menangis akan membuat saya semakin lemah. Kalau
udah di titik lemah, biasanya toleransi terhadap diri sendiri akan besar jadi
hal yang harus dilakukan gak akan selesai dikerjakan. Hal ini juga yang bikin saya
jadi jarang nangis karena biasanya kalau kerjaan udah beres maka gak ada lagi
hal yang perlu ditangisi haha. Kalau butuh penyaluran emosi maka bisa melakukan
aktivitas lainnya.
Saya pernah harus remed dan itu
gak enak banget. Harusnya hari itu udah plong, eh malah tetap harus mengulang
belajar semua hal dalam satu malam. Secara mental, saya jatuh banget waktu itu.
Pengen banget nangis dan cerita ke seseorang. Tapi saya ingat rule mengenai
tangis tadi. Akhirnya yang pertama saya lakukan adalah hindari dulu orang2.
Reaksi mereka bisa apa saja dan itu bisa memicu kesedihan. Kedua, saya butuh
penyaluran emosi. Hari itu saya memutuskan untuk pindah kamar lagi kelantai
bawah dan memindahkan smeua barang saya sendiri, termasuk lemari buku. Cukup
menguras tenaga. Ketiga, tentu saja makan hohoho. Keempat, mulai belajar lagi.
Benar-benar berusaha bikin otak relaks dengan menanamkan keyakinan bahwa ini
untuk menjadi seorang dokter. Banyak hal yang ditakutkan yang muncul di otak
saya malam itu. Cukup bikin lelah. Lagi-lagi saya bilang ke diri saya, ini
untuk jadi dokter. Saya harus bisa periksa pasien, jangan takut periksa pasien.
Kalau besok gagal karena takut, mau jadi dokter yang gimana? Ya itulah…
Tapi kalau gak ada hal yang harus
diselesaikan saat itu, pasti saya menuntaskan tangisan saat itu juga lalu move
on ^^.
Panjang juga pelajaran pertama
ya.
Lalu pelajaran kedua, pastikan
bahwa semua data mentah dan point di laporan akhir sudah dibagi kesemua teman
untuk dikerjakan. Jadi waktu mau menyelesaikan laporan akhir tinggal di edit
saja.
Ketiga. Jangan hanya mengandalkan
satu orang. Agak susah juga nih intervensinya. Tapi ini juga terjadi di
kelompok saya. Kayak si C tadi, kayaknya dia mengandalkan banget si B sehingga
dia mengerjakan tugasnya gak terlalu maksimal bahkan ada yang belum dikerjain.
Dalam waktu yang gak mepet ujian maka si B (yang memang bisa diandalkan) pasti
bisa mengerjakannya. Tapi kalau udah mepet ujian dan ternyata banyak hal yang
harus diedit, itu cukup menyita banyak waktu juga. Untuk point ini saya suka
sama kelompok 1. Mereka benar-benar percaya diri dan percaya teman. Satu orang
mengerjakan tugasnya sebaiki-baiknya dan yang lain percaya akan kerjaan
temannya. Akibatnya, kerjaan itu gak harus diedit banyak karena sudah
dikerjakan maksimal dan orang yang mengedit laporan gak harus merasa punya
beban yang banyak karena percaya temannya mengerjakan tugas secara maksimal.
Mereka keren banget. ^^
Ada banyak hal lain yang bisa
dijadikan pelajaran di IKM. Dokter juga selalu menekankan untuk bekerja sama,
bukan sama-sama bekerja. bekerja sama artinya semuanya punya tujuan yang sama
dan kita mewujudkan itu bareng-bareng.
IKM udah berakhir tetapi
kenangannya sangat melekat ^^ (tapi tentunya tidak untuk diulang, hihihi).
*Bandung, 12-21-2012
0 comments:
Post a Comment